Selasa, 27 September 2011

dioda

DIODA
1.1 Karakteristik Dioda

Dioda merupakan salah satu komponen elektronika yang termasuk komponen aktif. Dibawah ini merupakan gambar yang melambangkan dioda penyearah.

P          N

Anoda          Katoda


Sisi P disebut Anoda dan sisi N disebut Katoda. Lambang dioda seperti anak panah yang arahnya dari sisi P ke sisi N. Karenanya ini mengingatkan kita pada arus konvensional mudah mengalir dari sisi P ke sisi N.

Dalam pendekatan dioda ideal, dioda dianggap sebagai sebuah saklar tertutup jika diberi bias forward dan sebagai saklar terbuka jika diberi bias reverse. Artinya secara ideal, dioda berlaku seperti konduktor sempurna (tegangan nol) jika dibias forward dan seperti isolator sempurna (arus nol) saat dibias reverse.

Untuk pendekatan kedua, dibutuhkan tegangan sebesar 0,7 V sebelum dioda silikon konduksi dengan baik. Dioda dapat digambarkan sebagai suatu saklar yang diseri dengan tegangan penghambat 0,7 V. Apabila tegangan sumber lebih besar dari 0,7 V maka saklar akan tertutup. Sebaliknya apabila tegangan sumber lebih kecil dari 0,7 V maka saklar akan terbuka.

Dalam pendekatan ketiga akan diperhitungkan hambatan bulk (RB). Rangkaian ekivalen untuk pendekatan ketiga ini adalah sebuah saklar yang terhubung seri dengan tegangan 0,7 V dan hambatan RB. Saat tegangan dioda lebih besar dari 0,7 V maka dioda akan menghantar dan tegangan akan naik secara linier dengan kenaikan arus. Semakin besar arus, akan semakin besar tegangan dioda karena tegangan ada yang jatuh menyebrangi hambatan bulk.

1.2 Percobaan Karakteristik Dioda

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami karakteristik dioda yang berhubungan dengan tegangan dan arus, mengetahui cara mengukur parameter-parameter pada dioda dan mengetahui karakteristik dioda Zener.
Dari tujuan percobaan diatas, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
  • Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 1.4 dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.
  • Kemudian sumber tegangan di berikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan yang digunakan adalah sumber tegangan searah (DC). Kondisi dioda pada saat itu belum aktif, hal ini disebabkan nilai tegangan sumber yang lebih kecil dari 0,7 V.
  • Setelah nilai tegangan sumber dinaikkan, maka akan ada arus yang mengalir melewati dioda.
  • Kita dapat mengetahui tegangan pada dioda (VD) dengan melihat Voltmeter, dan arus yang mengalir dengan melihat Amperemeter. Dari kedua nilai ini maka akan didapat nilai resistansi dioda saat konduksi.
  • Kemudian percobaan diatas diulang dengan membalik tegangan tegangan bias dioda seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1.5.
1.3 Penerapan Dioda

Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah. Penyearah digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus atau tegangan tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak menimbulkan gangguan bagi peralatan yang dicatu.

Dioda sebagai salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian elektronika, karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (Half-Wafe Rectifier), penyearah gelombang penuh (Full-Wave Rectifier), rangkaian pemotong (Clipper), rangkaian penjepit (Clamper) maupun pengganda tegangan (Voltage Multiplier).

1.4 Percobaan Penerapan Dioda

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari bermacam-macam rangkaian dioda dan sifat-sifatnya, membandingkan sinyal input dan output pada rangkaian dioda, mengetahui cara kerja rangkaian-rangkaian dioda, mengetahui perbandingan hasil antara teori dan praktek.

1.4.1 Penyearah Gelombang Penuh (Full-Wave Rectifier)

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
  • Langkah pertama yaitu merangkai rangkaian seperti pada gambar dibawah ini dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.

Gambar Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
  • Kemudian hubungkan keluaran dari rangkaian tersebut dengan osiloskop.
  • Selanjutnya sumber tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan yang digunakan adalah sumber tegangan bolak-balik sinusoida.
  • Setelah sumber tegangan diberikan maka akan dapat diketahui bentuk dari sinyal keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah tersebut melalui osiloskop. Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar Sinyal Keluaran Penyearah Gelombang Penuh
  • Dari gambar dapat dilihat keluaran dari rangkaian penyerah gelombang penuh. Pada saat siklus positif, maka arus akan mengalir melewati dioda D1, menuju beban, kemudian melewati dioda D3. Dengan demikian akan dihasilkan nilai keluaran yang berkurang sebesar 1,4 V yang disebabkan oleh adanya 2 dioda yang dilewati. Ketika siklus negatif, arus akan mengalir melewati D2, menuju beban, kemudian melewati dioda D4. Keluaran yang dihasilkan saat siklus negatif akan berada pada nilai positif. Hal ini dikarenakan arus yang mengalir tetap melewati beban pada titik yang sama ketika siklus positif terjadi. Sehingga nilai tegangan keluaran tetap bernilai positif.
1.4.2 Clipper dan Clamper

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
  • Langkah pertama yang dilakukan yaitu merangkai rangkaian seperti pada Gambar 1.9 dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.
  • Kemudian hubungkan keluaran dari rangkaian tersebut dengan osiloskop.
  • Selanjutnya sumber tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan yang digunakan adalah sumber tegangan bolak-balik sinusoida.
  • Setelah sumber tegangan diberikan maka akan dapat diketahui bentuk dari sinyal keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah tersebut melalui osiloskop. Seperti yang terlihat pada gambar.
  • Dari gambar dapat diketahui keluaran dari rangkaian clipper-clamper. Pada saat siklus negatif, nilai dari tegangan sumber akan tersimpan dalam kapasitor. Ketika siklus positif, nilai dari tegangan sumber akan ditambahkan dengan nilai tegangan yang tersimpan dalam kapasitor ketika siklus negatif sehingga nilainya menjadi dua kali nilai tegangan sumber. Nilai keluaran yang terjadi pada saat siklus negatif merupakan nilai dari tegangan dioda D1, dan pada saat siklus positif tegangan keluaran akan terpotong pada nilai dioda D2 yaitu 0,7 V.
1.4. Pengganda Tegangan

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
  • Langkah pertama yang dilakukan yaitu merangkai rangkaian seperti pada gambar dibawah ini dimana sumber tegangan diberikan setelah rangkaian selesai disusun.

Gambar Rangkaian Pengganda Tegangan
  • Kemudian hubungkan keluaran dari rangkaian tersebut dengan osiloskop.
  • Selanjutnya sumber tegangan diberikan pada rangkaian tersebut. Sumber tegangan yang digunakan adalah sumber tegangan bolak-balik sinusoida.
  • Setelah sumber tegangan diberikan maka akan dapat diketahui bentuk dari sinyal keluaran yang dihasilkan rangkaian penyearah tersebut melalui osiloskop. Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar Sinyal Keluaran Pengganda Tegangan
  • Dari gambar dapat diketahui keluaran dari rangkaian pengganda tegangan. Pada saat siklus negatif pertama, nilai dari tegangan sumber akan disimpan dalam kapasitor C1. Ketika siklus positif, maka nilai dari tegangan sumber akan dijumlahkan dengan nilai tegangan yang tersimpan dalam kapasitor C1 ketika siklus negative yang kemudian disimpan kapasitor C2. Dan nilai tegangan keluaran adalah dua kali nilai tegangan sumber. Ketika siklus negatif kedua, maka nilai tegangan keluaran adalah nilai tegangan yang tersimpan dalam kapasitor C2.

Jumat, 23 September 2011

 

 

Jenis Jenis Capasitor Non Polar

Jenis jenis capasitor diantaranya capasitor bipolar/ non polar dan capasitor polar (memiliki kutub -/+), walaupun sama-sama untuk menyimpan muatan listrik, tapi banyak perbedaan diantara dua macam capasitor ini, baik dari bahan yang digunakan untuk membuat capasitor tersebut maupun dalam kegunaannya.

Mengenai capasitor polar sudah saya bahas dalam tulisan seminggu yang lalu, kalau belum menyimak bisa membacanya dulu pada artikel Penjelasan Tentang Kapasitor Polar.

Setelah memahami tentang capasitor polar, sekarang akan kita teruskan membahas tentang capasitor non polar. Capasitor non polar ada beberapa macam yaitu:

1. Capasitor Ceramic
ceramic capasitor
Mengapa disebut capasitor ceramic, karena bahan dasar yang digunakan sebagai media penyimpan arus adalah terbuat dari keramik. Jadi lempengan keramik diletakkan diantara dua pin kaki capasitor tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan arus listrik.

2. Capasitor Mylar
mylar capasitor
Sedangkan bahan penyekat yang digunakan pada capasitor mylar terbuat dari plastik, tepatnya plastik digulung diantara kedua lempengan kaki capasitor tersebut. Jumlah gulungan yang dipakai akan mempengaruhi besar-kecilnya nilai kapasitasnya.

3. Capasitor Variable
variable capasitor condensator
Capasitor variable sebenarnya juga termasuk dalam jenis capasitor mylar, yang membedakan adalah besar-kesilnya nilai capasitas dapat dirubah dengan memutar/menggeser pin capasitor tersebut. Jadi capasitor variable memiliki tiga kaki atau lebih. Capasitor variable biasanya digunakan pada pesawat radio sebagai pengatur frekuensi (tuner).

Jenis Kapasitor

Tipe Kapasitor

Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic dan electrochemical. 
 

1. Kapasitor Electrostatic

Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan  bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia  dari besaran pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok  bahan dielektrik film adalah bahan-bahan material seperti  polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
 
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini adalah non-polar.

2. Kapasitor Electrolytic

Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
 
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan  metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui  proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.
 
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida sebagai dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
 
Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil  Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.

3. Kapasitor Electrochemical

Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.

Cara Kerja Kapasitor

Sekilas kita kembali ke hal dasar yaitu tentang Cara kerja kapasitor. Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
bagian dalam kapasitor Cara Kerja Kapasitor

cara kerja kapasitor Cara Kerja Kapasitor
Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan. Itu merupakan gambaran singkat mengenai bagaimana Cara kerja kapasitor.
Kapasitansi
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV …………….(1)
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF (10-9 F) dan pF (10-12 F). Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran sebuah kapasitor. Misalnya 0.047uF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain 0.1nF sama dengan 100pF.
Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic dan electrochemical.
Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene,
polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini adalah non-polar.
kapasitor elektrolit 300x300 Cara Kerja Kapasitor
Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida.Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengantanda + dan – di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
kapasitor elco Cara Kerja Kapasitor
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida . contoh dari kapasitor ini yaitu Elco / kondensator.
Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida sebagai dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis,sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar. Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang kapasitansinya besar.
Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco. Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama.
Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.

Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor jenis ini adalah
batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
Kapasitor Electrochemical Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
Toleransi Kapasitor
Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Tabel dibawah menyajikan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu.
nilai toleransi kapasitor Cara Kerja Kapasitor
Dengan table ini pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis104 X7R, maka kapasitasinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%. Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55C sampai+125C, perhitungan yang mudah bukan. Secara praktek bila kita mencari nilai toleransi sebuah kapasitor yang lebih kecil maka harganya akan lebih mahal juga.
Demikian posting ini tentang Cara kerja kapasitor di posting lain akan dijelaskan bagaimana cara membaca nilai pada kapasitor semoga bermanfaat.

Artikel Yang Berhubungan Cara Kerja Kapasitor

  • Cara Membaca nilai Kapasitor

    Membaca Nilai Kapasitor memang tidak sesulit membaca nilai pada resistor, namun Cara Membaca nilai kapasitor juga wajib kita ketahui untuk mengetahui karakteristik dan spesifikasinya bilamana ...
  • Penyebab Transistor Horizontal Jebol Terus

    Transistor horizontal jebol terus sering terjadi pada kerusakan televisi yang berjenis CRT / tabung. Transistor ini berfungsi sebagai penguat horizontal atau sering juga disebut transistor ...
  • Cara Membaca Nilai Resistor

    Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Di artikel ini saya akan menulis tentang bagaimana Cara ...
  • Variasi Nilai Hambatan Pada Resistor

    Resistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai pembagi / penahan arus di dalam suatu rangkaian elektronika, termasuk juga di dalamnya adalah service TV. Pada ...
  • Samsung CS21T20MQ Gambar menyempit kanan kiri

    Samsung CS21T20MQ gambar menyempit kanan kiri. Kasus ini terjadi pada TV samsung dengan type CS21T20MQ dan kerusakannya adalah terjadinya penyempitan gambar kanan dan kiri pada ...
Dioda

Dioda adalah komponen elektronik yang mempunyai dua buah elektroda yaitu anoda dan katoda. Anoda untuk polaritas positif dan katoda untuk polaritas negatif. Di dalam dioda terdapat junction (pertemuan) dimana semikonduktor type-p dan semi konduktor type-n bertemu.
Dioda semikonduktor hanya dapat melewatkan arus searah saja, yaitu pada saat dioda diberikan catu maju (forward bias) dari anoda (sisi P) ke katoda (sisi N). Pada kondisi tersebut dioda dikatakan dalam keadaan menghantar (memiliki tahanan dalam sangat kecil). Sedangkan bila dioda diberi catu terbalik (reverse bias) maka maka pada kondisi ini dioda tidak menghantar (memiliki tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit mengalir).
Untuk dioda silikon arus mulai dilewatkan setelah tegangan ≥ 0.7 Volt DC, sedangkan untuk dioda Germanium mulai dilewatkan setelah tegangan mencapai ≥ 0.3 Volt DC.
Penerapan dioda semi konduktor yang umum adalah sebagai penyearah, selain fungsi lain seperti pembatas tegangan, detektor dan clipper.

Jenis-jenis Dioda

Dioda biasa Beroperasi seperti penjelasan di atas. Biasanya dibuat dari silikon atau dari germanium. Dioda biasa kadang dikemas dalam satu wadah yang berisi dua atau empat buah dioda yang disebut dengan dioda jembatan (Bridge dioda) atau yang biasa dikenal dengan sebutan dioda kuprok.
Dioda Pemancar Cahaya (LED) Bila dioda dibias forward, electron pita konduksi melewati junction dan jatuh ke dalam hole. Pada saat elektron-elektron jatuh dari pita konduksi ke pita valensi, mereka memancarkan energi. Pada dioda LED energi dipancarkan sebagai cahaya, sedangkan pada dioda penyearah energi ini keluar sebagai panas. Dengan menggunakan bahan dasar pembuatan seperti gallium, arsen dan phosfor pabrik dapat membuat LED dengan memancarkan cahaya warna merah, kuning, dan infra merah (tak kelihatan). Led yang menghasilkan pancaran cahaya tampak biasanya digunakan untuk display mesin hitung, jam digital dan lain-lain. Sedangkan Led infra merah dapat digunakan dalam sistim tanda bahaya pencuri dan lingkup lainnya yang membutuhkan cahaya tak kelihatan, juga untuk remote control. Keuntungan lampu Led dibandingkan lampu pijar adalah umurnya panjang, teganagnnya rendah dan saklar nyala matinya cepat. Gambar 2.1 dibawah ini menjukkan lambang atau simbol dari macam dioda.
Dioda Photo Energi thermal menghasilkan pembawa minoritas dalam dioda, makin tinggi suhu makin besar arus dioda yang terbias terbalik. Energi cahaya juga menghasilkan pembawa minoritas. Dengan menggunakan jendela kecil untuk membuka junction agar terkena sinar, pabrik dapat membuat dioda photo. Jika cahaya luar mengenai junction dioda photo yang dibias terbalik akan dihasilkan pasangan electron-hole dalam lapisan pengosongan. Makin kuat cahaya makin banyak jumlah pembawa yang dihasilkan cahaya makin besar arus reverse. Oleh sebab itu dioda photo merupakan detektor cahaya yang baik sekali.
Dioda Varactor Seperti kebanyakan komponen dengan kawat penghubung, dioda juga mempunyai kapasitansi bocor yang mempengaruhi kerja pada frekuensi tinggi, kapasitansi luar ini biasanya lebih kecil dari 1 pF. Dioda silicon yang memanfaatkan efek kapasitansi yang berubah-ubah ini disebut dioda varactor. Dalam banyak aplikasi menggantikan kapasitor yang ditala secara mekanik, dengan perkataan lain varaktor yang dipasang parallel dengan inductor merupakan rangkaian tangki resonansi. Dengan mengubah-ubah tegangan riverse pada varactor kita dapat mengubah frekuensi resonansi. Penerapan dioda varaktor ini biasanya pada tuner yang ditala menggunakan tegangan.
Dioda Schottky Dioda schottky menggunakan logam emas, perak atau platina pada salah satu sisi junction dan silicon yang di dop (biasanya type-n) pada sisi yang lain. Dioda semacam ini adalah piranti unipolar karena electron bebas merupakan pembawa mayoritas pada kedua sisi junction. Dan dioda Schottky ini tidak mempunyai lapisan pengosongan atau penyimpanan muatan, sehingga mengakibatkan ia dapat di switch nyala dan mati lebih cepat dari pada dioda bipolar. Sebagai hasilnya piranti ini dapat menyearahkan frekuensi diatas 300 Mhz dan jauh diatas kemampuan dioda bipolar.
Dioda Step-Recovery Dengan mengurangi tingkat doping dekat junction pabrik dapat membuat dioda step-recovery piranti yang memanfaatkan penyimpanan muatan. Selama konduksi maju dioda berlaku seperti dioda biasa dan bila dibias terbalik dioda ini konduksi sementara lapisan pengosongan sedang diatur dan kemudian tiba-tiba saja arus balik menjadi nol. Dalam keadaan ini seolah-olah dioda tiba-tiba terbuka menjepret (snaps open) seperti saklar, dan inilah sebabnya kenapa dioda step-recovery sering kali disebut dioda snap. Dioda step-recovery digunakan dalam rangkaian pulsa dan digital untuk menghasilkan pulsa yang sangat cepat. Snap-off yang tiba-tiba dapat menghasilkan pensaklaran on-off kurang dari 1 ns. Dioda khusus ini juga digunakan dalam pengali frekuensi.
Dioda Zener Dioda zener dibuat untuk bekerja pada daerah breakdown dan menghasilkan tegangan breakdown kira-kira dari 2 sampai 200 Volt. Dengan memberikan tegangan terbalik melampaui tegangan breakdown zener, piranti berlaku seperti sumber tegangan konstan, dengan kata lain dioda zener akan membatasi tegangan agar tidak lebih besar dari tegangan breakdownnya. Dioda Zener banyak digunakan kedua setelah dioda penyearah, dioda zener adalah komponen utama regulator tegangan.

Kerusakan yang sering ditemui pada Dioda

  • Arus bocor saat di beri bias terbalik
  • Hubung singkat / tegangan tembus saat di beri bias terbalik

resistor

 

Cara Membaca Nilai Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Di artikel ini saya akan menulis tentang bagaimana Cara Membaca Nilai Resistor, barangkali bagi rekan yang dulunya sempat duduk di bangku SMK / STM hal ini tidak begitu masalah bukan…? tapi sayangnya pada kenyataannya banyak sekali lulusan2 SMK saat ini khususnya jurusan Elektro baik itu listrik ataupun Elektronika benar benar buta dalam membaca resistor, seperti yang saya alami sendiri sewaktu lulus pendidikan SMK hanya segelintir siswa saja yang bisa membaca nilai pada badan resistor.
Hal ini tentu saja sangat disayangkan, padahal hampir 90% komponen pada perangkat elektronika adalah resistor, maka mengetahui nilai resistor adalah harus jika anda mau serius dalam bidang teknik khususnya Elektro.
Lanjut ya,…sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon .Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega).
jenis resistor Cara Membaca Nilai Resistor

Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter.
Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Menurut saya untuk seorang teknisi service mengetahui cara membaca nilai pada resistor adalah wajib.
Langsung saja, berikut adalah tabel warna resistor, lengkap dengan cara pembacaan pada masing masing jumlah gelang warna :
kode warna resistor Cara Membaca Nilai Resistor
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat,merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam.
Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20%memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi).
Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2%(toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi).
Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor pengalinya. Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi.
Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya.
Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua.
Masih dari tabel-1 diketahui gelang merah nilainya = 2 dan gelang hijau nilainya = 5. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 25.
Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya orange berarti faktor pengalinya adalah 1000. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 25 x 1000 = 25K Ohm dan toleransinya adalah 5%. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt.
Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder.
Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 100 5W yang berarti 100 Ohm 5Watt atau ada juga seperti 1k2 5W 1200 Ohm 5Watt, cukup mudah bukan. Semoga artikel tentang Cara Membaca Nilai Resistor ini bisa bermanfaat.

Artikel Yang Berhubungan Cara Membaca Nilai Resistor

  • Software Pembaca Nilai Resistor Terbaru

    Seperti yang sudah dibahas dalam posting tentang resistor sebelumnya di artikel Cara membaca nilai resistor, kemampuan membaca resistor wajib diketahui oleh rekan rekan teknisi, terlebih ...
  • Variasi Nilai Hambatan Pada Resistor

    Resistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai pembagi / penahan arus di dalam suatu rangkaian elektronika, termasuk juga di dalamnya adalah service TV. Pada ...
  • Cara Membaca nilai Kapasitor

    Membaca Nilai Kapasitor memang tidak sesulit membaca nilai pada resistor, namun Cara Membaca nilai kapasitor juga wajib kita ketahui untuk mengetahui karakteristik dan spesifikasinya bilamana ...
  • Cara Kerja Kapasitor

    Sekilas kita kembali ke hal dasar yaitu tentang Cara kerja kapasitor. Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari ...
  • Berbagai Penyebab Kerusakan Remote

    Barangkali kita sering menemui Remote control yang tidak berfungsi/tidak dapat dipakai. Kadang nyebelin . berikut ada beberapa penyebab : Penyebab pertama adala

multimeter

Pengertian Dan Fungsi Multimeter

Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm).

Multimeter dibagi menjadi dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital. 

Multimeter analog

Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.

Multimeter digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter analog.
Multimeter digital, yang ini memakai sumber daya listrik, bukan batera

osiloskop

Osiloskop Analog

Osiloskop (Oscilloscope) adalah serangkaian alat untuk pengukuran dan analisa bentuk gelombang serta gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik dengan memanfaatkan masukan berupa sinyal-sinyal listrik. Osiloskop pada dasarnya bermanfaat untuk menganalisa besaran-besaran dalam kelistrikan (frekuensi, periode, amplitudo, sudut fasa, dan tegangan) yang berubah terhadap waktu.

Bagian – Bagian Fisik Osiloskop Analog
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Bentuk dari osiloskop ini menyerupai sebuah pesawat televisi dengan beberapa tombol pengatur, namun terdapat garis-garis (grid) pada layarnya.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang berguna untuk melihat dua sinyal yang berlainan, misalnya kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

Bagian-bagian fisik luar osiloskop dapat dilihat melalui gambar berikut:











Lingkaran 1 menyatakan sumber signal (CH1, CH2, LINE, dan EXT).
Lingkaran 2 menyatakan input Channel 1.
Lingkaran 3 menyatakan channel mana yang ditampilkan pada layar (CH1, CH2, DUAL, dan ADD).
Lingkaran 4 menyatakan jenis signal input (AC, GND, dan DC).
Lingkaran 5 menyatakan Volts/Div.
Lingkaran 6 menyatakan Vertical Position (posisi secara vertikal).
Lingkaran 7 menyatakan Horizontal Position (posisi secara horizontal).
Lingkaran 8 menyatakan Time/Div (waktu per kotak pada layar osiloskop).

Prinsip Kerja Osiloskop Analog
Prinsip kerja osiloskop analog dapat dijelaskan melalui skema berikut ini:




















Penjelasan untuk skema prinsip kerja osiloskop analog:
· Saat kita menghubungkan probe ke sebuah rangkaian, sinyal tegangan mengalir dari probe menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop (Vertical System), sebuah Attenuator akan melemahkan sinyal tegangan input sedangkan Amplifier akan menguatkan sinyal tegangan input. Pengaturan ini ditentukan oleh kita saat menggerakkan kenop "Volt/Div" pada user interface Osiloskop.
· Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju pelat defleksi vertikal pada sebuah CRT (Catode Ray Tube), sinyal tegangan yang dimasukkan ke pelat ini nantinya akan digunakan oleh CRT untuk menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal saja (ke atas atau ke bawah).
· Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa Vertical System pada osiloskop analog berfungsi untuk mengatur penampakan Amplitudo dari sinyal yang diamati.
· Selanjutnya sinyal masuk ke dalam pelat defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang teraplikasikan disini menyebabkan berkas-berkas elektron bergerak. Tegangan positif mengakibatkan berkas elektron bergerak ke atas, sedangkan tegangan negatif menyebabkan elektron terdorong ke bawah.
· Sinyal yang keluar dari Vertical System tadi juga diarahkan ke Trigger System untuk memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan "Horizontal Sweep" yaitu pergerakan elektron secara sweep - menyapu ke kiri dan ke kanan - dalam dimensi horizontal atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang menyebabkan elektron untuk bergerak sangat cepat menyeberangi layar dalam suatu interval waktu tertentu. Pergerakan elektron yang sangat cepat (dapat mencapai 500,000 kali per detik) inilah yang menyebabkan elektron tampak seperti garis pada layar (misalnya seperti daun kipas pada kipas angin yang tampak seperti lingkaran saja saat berputar).
· Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat kita anggap sebagai pengaturan Periode/Frekuensi yang tampak pada layar, bentuk konkretnya adalah saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada Osiloskop.
· Pengaturan bidang vertikal dan horizontal secara bersama-sama akhirnya dapat merepresentasikan sinyal tegangan yang diamati ke dalam bentuk grafik yang dapat kita lihat pada layar CRT.
Cara Mengukur Frekuensi, Tegangan, Arus Searah dan Arus Bolak-Balik (DC dan AC) dengan Osiloskop Analog
Pengukuran tegangan dilakukan dengan menghitung jumlah pembagi yang meliputi muka gelombang pada bagian skala vertikal. Sinyal dapat diatur dengan mengubah-ubah kontrol vertikal, untuk pengukuran terbaik pilihlah skala volts/div (volt per kotak) yang paling cocok.


















Waktu dapat diukur dengan menggunakan skala horizontal pada osiloskop. Pengukuran waktu meliputi periode, lebar pulsa (pulse width), dan waktu dari pulsa. Pengukuran waktu akan lebih akurat bila mengatur porsi sinyal yang akan diukur untuk mengatasi besarnya area pada layar. Pengukuran waktu yang lebih akurat dapat dilakukan dengan mengatur tombol time/div.
Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)
· Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan bentuk gelombang yang diarahkan ke CH tersebut.
· Distel saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.
· Distel saklar SEC/ DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
· Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif, gelombang berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
· Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan pusat garis gratikul vertikal.
· Hitunglah tegangan puncak- kepuncak ( Peaks to peaks ) dengan menggunakan persamaan:
VOLT ( p.p ) = ( difleksi vertikal ) x ( penempatan saklar VOLT/ DIV ).
Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengukur tegangan arus searah (misalnya mengukur tegangan baterai) dengan menggunakan osiloskop.
· Pilih mode SOURCE pada LINE.
· Pilh mode COUPLING pada DC.
· Pilih DC pada tombol AC-DC.
· Siapkan baterai yang akan diukur.
· Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
· Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar sebaik mungkin.
· Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
· Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

Langkah-Langkah Mengukur Periode dan Frekuensi
· Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.
· Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang gelombang ).
· Ditentukan periode gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan faktor pengali.
· Ditentukan frekuensi gelombang (1/ periode).
Jenis-Jenis Osiloskop Analog
Osiloskop analog terdiri dari dua jenis utama, yaitu osiloskop analog standard dan osiloskop dual trace. Osiloskop standard hanya mampu memperagakan sebuah sinyal untuk diamati. Sedangkan osiloskop dual trace dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Osiloskop jenis ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Kelebihan dan Kekurangan Osiloskop Analog
Kelebihan osiloskop analog antara lain:
1. Mampu menggambarkan nilai-nilai arus atau tegangan yang dihasilkan yang selalu berubah terhadap waktu secara periodik, sehingga memperlihatkan bentuk gelombang.
2. Osiloskop analog dapat digunakan untuk menentukan periode, frekuensi, tegangan, dan amplitudo sinyal listrik sekaligus dengan cara yang relatif mudah.
Selain kelebihan, osiloskop analog juga memiliki kekurangan, yaitu:
1. Pengamatan sinyal-sinyal listrik dengan osiloskop mempunyai keterbatasan dalam perbandingan frekuensi antar sinyal-sinyal tersebut (perbandingan maksimum 10:1) sehingga penggunaannya cukup terbatas.
2. Harganya relatif mahal. Kelemahan tersebut semakin terasa sejak terciptanya penghitung frekuensi digital dengan harga yang lebih rendah dipasarkan ke publik.

Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop Analog
1. Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang osiloskop sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN.
2. Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
3. Set saluran pada tombol CH1.
4. Set mode pada Auto.
5. Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
6. Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang bernama horizontal dan vertikal.
7. Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
8. Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan terhadap tegangan masukan.
9. Pasang probe pada salah satu saluran, (misal CH1) dengan tombol pengalih AC/DC pada kedudukan AC.
10. Atur saklar/switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
11. Tempelkan ujung probe pada titik kalibrasi.
12. Atur Time/Div pada posisi 1 ms agar tampak kotak-kotak garis yang cukup jelas.
13. Setelah tahapan 11, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.

osiloskop

Pengertian Osiloskop


Pengertian osiloskop, osiloskop adalah alat ukur yang di gunakan untuk memetakan atau membaca sinyal listrik maupun frekuensi. Osiloskop di gunakan dalam pengukuran rangkaian elektronik seperti stasiun pemancar radio, TV, atau dalam kegunaan memonitor frekuensi elektronik seperti di rumah sakit dan untuk kegunaan-kegunaan lainnya.

Beberapa fungsi osiloskop antara lain untuk:
* Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
* Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
* Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
* Membedakan arus AC dengan arus DC.
* Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.

Berikut gambar-gambar dari osiloskop.

Osiloskop

Osiloskop2


Sinyal frekuensi yang di tampilkan osiloskop

Sinyal tegangan yang di tampilkan osiloskop